Hari ini dari sudut Cikini, aku diam-diam merindukanmu.
Kalau harus berhitung, aku tidak sanggup, tapi ini sudah lama sekali sejak terakhir kita bertukar kabar. Dan setiap kali mengingatnya — waktu yang sudah berlalu di antara kita — aku berakhir menangis sebab belum mampu melupakanmu. Ini terdengar menyedihkan.
Membicarakan tentang kita tidak akan ada habisnya, setidaknya untuk aku. Kalau suatu hari kamu kembali menemukan tulisan ini, maaf. Maaf karena ini masih tentangmu, tentang kita, dan hal-hal bodoh yang sudah kita lewati di masa lalu. Lagi-lagi ini menyedihkan.
Sampai sekarang aku berusaha menjadi sekuat-kuatnya. Kamu sudah lama menghilang, tapi masih hadir dalam bentuk kenangan dan bayang-bayang. Aku benci itu. Pada akhirnya.
Hari ini dari sudut Cikini, kepalaku memutar kenangan.